Air Mata Dara

0leh : Risna Ase


       Jika kamu merasa cintamu sudah kandas dari awal, Jangan pernah mencoba untuk menjalaninya

   Meskipun dia mungkin adalah orang paling cocok untukmu

    Tapi akan lebih baik kamu mencegah untuk mencintainya, Ketimbang pada akhirnya kamu akan menyalahkan dirimu sendiri



      Hai sobat, sesuai janjiku kali ini aku bakalan up tentang cerpenku dengan judul " Air Mata Dara " yang sudah diterbitkan dalam satu buku dengan judul " Monolog Kasih Terindah " sesuai sampul buku di atas. Kisahnya sederhana, namun aku harap bisa bermakna dan juga memberikan inspirasi bagi banyak orang. Semoga kalian suka dan terus menantikan karyaku selanjutnya.
Selamat membaca πŸ₯°

--------

     Gadis berambut pirang itu melangkah menuju sebuah gedung mewah. Memenuhi undangan dari Ananta. Menapaki lantai gedung dengan hati-hati sambil melihat di sekelilingnya. Seorang petugas memberikan salam hangat sambil tersenyum ramah. Beberapa saat setelah berbicara dengan gadis itu, ia menunjuk suatu ruangan yang masih dalam keadaan tertutup rapat.

 β€œ Nyonya Ananta? Silahkan ke arah sana, Non β€œ Sahut petugas itu.

         Dara nama gadis keturunan Sunda itu. Ia berjalan menapaki lantai apartemen. Sepi, hening dan senyap. Lantas untuk apa Ananta mengundangnya kesana? Makan malam di jam seperti ini? 

      Dara membuka pintu itu dengan hati-hati. Tampak ruangan yang begitu besar dan luas. Tersedia makanan mewah yang masih tertata dengan rapi. Namun tidak ada orang disana. Dara mencoba melihat sekelilingnya. Hampa seperti tak ada tanda kehidupan. Dara mencoba melangkah mendekat ke tempat hidangan itu. 

     Beberapa saat kemudian, pintu kembali terbuka. Seorang Perempuan berwajah keturunan Belanda. Mengenakan gaun merah dan highhils melangkah maju.

    Sontak Dara terkejut dan langsung membalikan pandangannya ke pintu.

β€œ Nyonya Ananta? β€œ Ucap Dara terbata-bata

β€œ Akhirnya kau datang juga Dara. β€œ Ucap Ananta, perempuan yang mengundang Dara. Ananta menarik kursi didepannya lalu dengan sigap mengambil posisi yang pasti.

β€œ Silahkan duduk, Dara. Aku mengundangmu malam ini karena ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan β€œ

   Dara menuruti kata-kata Ananta. Ia mengerutkan kening bersiap mendengarkan apa saja yang hendak dikatakan Ananata.

β€œ Ohya, aku hanya mau memberitahu bahwa mulai sekarang, tinggalkan anakku Satria. Karena ia akan segera menikah β€œ Kata Ananta dengan mantap.

   Mata Dara membelalak tajam. Berita macam apa ini? Ia mengerutkan keningnya lalu menatap wajah Ananta dengan tajam. Apa maksud nyonya mengatakan hal ini padaku? Gumannya. Dara segera beranjak berdiri dari tempatnya. 

β€œ Maksud Nyonya? β€œ

β€œ Iya Dara. Putra tunggalku itu akan menikah dengan wanita yang sepadan dengan keluargaku. Jadi lebih baik kamu segera meninggalkannya β€˜

β€œ Tidak Nyonya, aku tahu bahwa satria mencintaiku β€œ

β€œ Kamu jangan mengada-ada. Buktinya putraku sudah melamar gadis itu”

     Dara menghembus napasnya panjang. Hatinya Bagai tersambar petir di malam hari. Tanpa mendengar kata-kata selanjutnya dari Ananta, Dara segera bergegas pergi meninggalkan ruangan itu. air matanya mulai membasahi pipinya. Sesekali mengusapnya namun seakan tidak mau berhenti.  

    Dara menangis di bawah naungan rembulan yang masih cerah. Ia masih tidak menyangka bahwa berita itu akan sangat menyakitinya. Ia mencoba menghubungi satria. Namun berpuluhan kali tidak sekalipun menggugah cowok itu untuk mengangkat teleponnya. 

----

      Satria putra Tunggal dari Nyonya Ananta dan Tuan Frecd, bergegas turun dari sebuah mobil mewah. Ia segera melangkah memasuki apartemen mewah. Beberapa saat sebelum memasuki pintu, langkahnya terhenti sejenak ketika mendengar suara memanggilnya.

β€œ Satriaaaaaaa …. β€œ

      Cowok itu bergegas membalikan badan. Ia menyiritkan matanya lantas tahu seseorang yang memanggilnya itu. Bibirnya yang tipis itu tersenyum lebar sesaat seketika Dara menghampirinya. Ia berdiam diri. Di tempatnya hingga gadis itu kini sudah ada di hadapannya.

     Tidak ada banyak kata yang diucapkan gadis itu. ia menatap tajam mata Satria dalam-dalam. Lalu perlahan air mata mulai bercucuran di pipinya. Ia tak berkedip. Masih dengan posisi yang sama, gadis itupun menangis. Di tengah jalanan yang masih ramai, di bawah rembulan yang masih bersinar dengan terangnya. Hembusan angin yang sepoi dan sejuk menemani sepasang kekasih itu.

    Satria mengangkat tangannya dan mengusap air mata Dara. Seolah tahu apa yang telah terjadi. Ia tersenyum tenang dan merangkul gadis itu didalam pelukannya. Lantas dara segera menangis melepas segala penatnya, membuang segala gundahnya. Sudah berapa lama kamu hilang satria? Gumamnya.

β€œ Jangan menangis, Dara. Aku tahu bahwa Dara kuat β€œ Ucap Satria. Tangannya mengusap rambut Dara dengan lembut. Dari sana dara merasakan kekuatan cinta yang begitu dalam, ia tahu bahwa cinta cowok itu masih miliknya. Dara segera melepas pelukan Satria.. 

β€œ Jadi kamu akan menikah? β€œ

β€œ Itu kemauan orang tuaku Dara… β€œ

β€œ Enggak. Kalau kamu mencintaiku, kamu tidak akan semudah itu mengikuti kemauan orang tuamu β€œ

β€œ Dara, dengarkan aku. Apapun yang terjadi, aku tetap mencintaimu. β€œ

β€œ Enggak Satria. Jika memang ujungnya seperti ini, harusnya sudah lama kamu mengatakannya. Sekarang kita sudah dewasa, dan aku akan dibiarkan terlantar sedangkan kamu akan menikah. β€œ 

β€œ Aku juga tidak menginginkan ini Dara.. β€œ

     Dara menggelengkan kepalanya. Air matanya terus-terusan membasahi pipinya. Ia bermandikan air mata. Malam itu setelah percakapan yang cukup panjang, tidak ada titik temu yang menyelesaikan. Dara tahu bahwa memang mungkin ini takdir yang harus ia jalani. Bagaimanapun juga. Perbedaan budaya, keyakinan serta kasta adalah pemenangnya, mengapa Tuhan harus memberikan cobaan seberat ini? Menjalin hubungan selama empat tahun bukanlah hal yang mudah. Dara sudah menganggap bahwa satria sudah menjadi bagian dari hidupnya. Namun sejak kejadian itu, rasanya tidak mungkin melangkahi semuanya.

         Kini rasanya perjuangan cintanya selama ini hanyalah sia-sia. Sejak awal Dara sudah menduga bahwa apapun yang terjadi keduanya tidak akan pernah Bersatu. Karena Satria dengan segala bentuk perhatian dan sayangnya membuat dara harus menunduk mengalah dengan perasaannya sendiri. Ia tahu bahwa Satria tidak mungkin akan menolak permintaan kedua orang tuanya.

-----

β€œ Gadis cengeng kenapa kamu sedih? β€œ 

β€œ Aku hanya tidak ingin berpisah β€œ

β€œ Memang siapa yang mau berpisah Dara? Hahahha β€œ satria tertawa terbahak-bahak.

β€œ Memang kamu yakin kita akan bersama selamanya? β€œ

β€œ Aku yakin Dara, kamu tetaplah gadisku, sampai kapanpun… β€œ

     Dara menitikan air mata, begitu mengingat lagi begitu banyak kenangan dan percakapan mesra yang pernah ia lewati bersama Satria. Dia dulu pernah mengatakan ini padaku. Sekarang kata-kata itu sudah sirna. Gumam Dara. 

    Sementara itu di rumahnya, terjadi pertengkaran hebat antara Satria dengan Ananta. Malam yang panjang itu seolah menjadi sebuah pertanda bahwa memang sebentar lagi ia akan berpisah dengan gadis kesayangannya.

β€œ Apa maksud ibu bertemu dengan Dara? β€œ Suara Satria yang lantang memenuhi seluruh ruangan tengah. Ia menarik napasnya panjang sambil menatap ibunya.

β€œ Ibu hanya ingin kau menjauhi gadis itu. β€œ ucap Ananta dengan lantangnya.

β€œ Sudah berapa kali satria katakan, satria tidak mungkin meninggalkannya. β€œ

β€œ Sampai kapan seperti ini Satria? Besok Aleska akan datang. Dan ibu tidak mau tahu, proses lamaran dan pertunangan kalian harus segera dilakukan. β€œ

β€œ Ibu benar-benar egois. Aku tidak mencintai gadis itu. β€œ

β€œ Cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya. Aleska itu gadis yang baik, pintar, seagama, sepadan dengan kita. apalagi yang kamu pikirkan Satria? β€œ

β€œ Aku tidak mencintainya. β€œ

β€œ Apa yang akan kamu lakukan satria? Ibu sudah sepakat dengan ayahmu, jika kau tidak menuruti kemauan ibu, kau tidak akan dianggap lagi. Jadi silakan pergi, mencari jati kehidupanmu. β€œ

β€œ Maksud ibu apa? β€œ

β€œ Iya satria. Jadi kamu harus mengikuti kata-kataku β€œ

β€œ Aaaaaah, tega ibu sama Satria. β€œ

β€œ Sekarang mau apa kamu? Semua resepsi lamaran sudah siap. Tinggal kau menjalaninya. β€œ 

       Usai mengungkapkan itu, Ananta segera beranjak pergi. Meninggalkan satria yang masih dalam keadaan bimbang penuh amarah. Apa yang bisa Satria lakukan sekarang? Harus menyakiti Dara? Harus meninggalkannya disaat seperti ini? Ini benar-benar sebuah cobaan yang begitu berat. Di satu sisi Satria tidak ingin meninggalkan Dara namun disisi lain Satria tidak mungkin melanggar aturan keluarganya untuk menikah dengan gadis berketurunan yang sama.

-----

     Hai Dara besok aku akan menikah di Belanda. Aku harap kamu menerima semuanya. Tapi aku janji, aku akan kembali ke Indonesia untuk menemuimu. 

     Sebuah pesan dari Satria malam itu seolah bagai tombak yang menusuk hatinya. Begitu entenngya Satria mengirimkan pesan ini. Apakah malam itu Satria akan meniduri wanita itu? apakah mereka akan bermesraan? Oh tidak Satria kini akan menjadi milik orang lain. Guman Dara. 

       Malam yang begitu mencekam untuk Dara. Menangisi kepergian Satria, melepaskan cintanya untuk selamanya. Tidak ada lagi bulan purnama yang indah bagi Dara malam itu. baginya semua adalah hampa, tak ada sedikit kebahagiaan untuknya. Dara akan menangis sepanjang musim ini, melihat begitu banyak kenangan bersama Satria. Beredar foto Satria di media sosial. Ia menggandeng, mencium kening gadis itu, dan memeluknya. Apakah semua ini kau lakukan dengan terpaksa Satria? Ini sebuah rasa sakit yang tidak pernah aku duga sebelumnya.

---

     Malam yang syahdu menghantarkan Dara di tepian sebuah danau. Bersama dengan Satria setelah hampir tiga tahunan berpisah. Tatapan ke Danau hanya hamparan kosong baginya. Tiada kata yang mampu ia ucapkan, setelah Satria lebih memilih keputusan orang tuanya. 

    Satria membalikan badannya menatap ke wajah gadis yang menemaninya hampir empat tahunan itu. Ia tersenyum kecil . Tampaknya gadis itu terlihat gelisah.

β€œ Hai, apa kamu baik-baik saja? Aku mencintaimu.”

Satria mengelus rambut dara dengan manja.

β€œ Kamu sudah bersama orang lain β€œ

β€œ Aku tetap mencintaimu β€œ

Dara membalikan badannya sambil tersenyum sinis.

β€œ Lantas, kenapa kamu lebih memilih perempuan itu? β€œ

β€œ Cinta tidak harus memiliki bukan? β€œ

β€œ Aku tidak ingin mendengar kata-kata itu β€œ

β€œ Dara, dengarkan aku. Sampai kapanpun aku tetap mencintaimu. Istriku tidak tau tentang kamu dan masa lalu kita. apapun yang terjadi kamu tetap jadi cinta terindahku.. β€œ

β€œ Sudahlah Satria. Kamu pergi saja, aku sudah Ikhlas. Aku sudah merelakanmu β€œ

β€œ Dara selama setahun ini aku tidak pernah bahagia, aku lebih memilih menyibukan diri dengan kegiatan pribadiku. Yahh, sama seperti dulu. Aku kira kamu pasti tahu kebiasaanku. β€œ

β€œ Iyah. Apa kau meniduri wanita itu? β€œ

Satria menghela napasnya panjang sambil menatap wajah Dara, ia menunduk sesaat dan menganggukan kepalanya. 

β€œ Maaf. Tapi sampai hari ini kami tidak diberi keturunan. β€œ

β€œ oooohh. Aku turut sedih. β€œ

β€œ Aku pikir kamu gadis yang cocok untuk memberiku keturunan. Maka dari itu aku tidak ingin menanamkan benihku pada Aleska β€œ

         β€œ Satria, lupakan aku. Kita sudah berpisah. Kamu harus mulai membiasakan diri hidup bersama Aleska. Dia pasti akan sedih jika kamu bersikap cuek padanya β€œ

 β€œ Aku tidak ingin menyakitimu sayang… β€œ

     Dara menggelengkan kepalanya sambil menitikan air matanya. Ia menatap cowok itu. masih dalam keadaan tidak percaya, bahwa akan serumit ini cintanya Satria. Bahkan ia rela tidak memiliki keturunan.

β€œ Aku sudah Ikhlas. Aku ingin kamu bahagia satria Jangan pernah ingat Dara lagi β€œ

β€œ Aku akan mencobanya. β€œ

Dara tersenyum. 

Cup. Ciuman diberikan Satria tepat mengenai keningnya.

β€œ Semoga kamu bahagia.. β€œ

β€œ Kamu juga.. β€œ

     Cinta itu kini sudah lenyap dan hilang. Tidak ada lagi cinta yang indah selain cinta Dara pada Satria. Jika ini adalah sebuah takdir, maka Dara akan menerimanya. Bukankah cinta tidak selamanya harus memiliki? Dara tersenyum sembari melangkah pergi. Ia berjalan tertatih-tatih menapaki jalan lalu hilang di tengah gelapnya malam seiring dengan cintanya pada Satria.


Selesai



Komentar

Postingan Populer